1. Speedometer di Motor lebih cepat dibandingkan alat ukur kecepatan yang paten.
Banyak yang menanyakan mengapa kecepatan kendaraan di speedometer lebih cepat jika dibandingkan kecepatan alat ukur sejenis Vericom ataupun aplikasi pengukur kecepatan yang bisa kita unduh lewat playstore. Setelah zator cari tahu lebih mendalam, alasan pabrikan untuk mencegah atau agar pengendara lebih hati - hati dalam berkendara. Tetapi kebanyakan kelebihan pengukuran pada speedometer bawaan motor masih dalam taraf wajar sekitar 10% dari kecepatan sebenarnya.
2. Data AISI tidak bisa jadi rujukan laris tidaknya suatu motor
Data AISI adalah data distribusi penjualan motor dari pabrik ke dealer, bukan dari dealer ke konsumen. Jika ingin mengukur seberapa laris suatu produk motor, harus mengacu ke data seberapa banyak pengajuan faktur atau seberapa banyak pengajuan BBN motor baru ke kantor samsat. Mengapa data AISI tidak bisa menjadi acuan, karena motor dari pabrik masuk gudang penyimpanan milik dealer dulu sebelum dipasarkan ke konsumen.
3. Mengapa power mesin turun atau tidak sesuai dengan brosur jika diukur pakai mesin dyno test
Power mesin pada brosur motor diukur oleh pihak pabrikan pada crankshaft atau kruk-as, sedangkan kita mengukur power mesin dengan mesin dyno test lewat ban, sehingga secara otomatis power mesin akan turun karena beban motor, beban pengendara, gesekan antar komponen pada transmisi, kopling dan penggerak roda belakang sangat berpengaruh. Jika ingin mengukur power motor sebenarnya harus dengan PWR atau Power Weight Ratio yang membagi power mesin motor dengan berat bodi motor. Karena semakin berat bodi motor, semakin berat juga power dikeluarkan oleh mesin motor. Jika diukur pakai mesin dyno test juga tidak fair, karena berat pengendara juga mempengaruhi.
Banyak yang menanyakan mengapa kecepatan kendaraan di speedometer lebih cepat jika dibandingkan kecepatan alat ukur sejenis Vericom ataupun aplikasi pengukur kecepatan yang bisa kita unduh lewat playstore. Setelah zator cari tahu lebih mendalam, alasan pabrikan untuk mencegah atau agar pengendara lebih hati - hati dalam berkendara. Tetapi kebanyakan kelebihan pengukuran pada speedometer bawaan motor masih dalam taraf wajar sekitar 10% dari kecepatan sebenarnya.
2. Data AISI tidak bisa jadi rujukan laris tidaknya suatu motor
Data AISI adalah data distribusi penjualan motor dari pabrik ke dealer, bukan dari dealer ke konsumen. Jika ingin mengukur seberapa laris suatu produk motor, harus mengacu ke data seberapa banyak pengajuan faktur atau seberapa banyak pengajuan BBN motor baru ke kantor samsat. Mengapa data AISI tidak bisa menjadi acuan, karena motor dari pabrik masuk gudang penyimpanan milik dealer dulu sebelum dipasarkan ke konsumen.
3. Mengapa power mesin turun atau tidak sesuai dengan brosur jika diukur pakai mesin dyno test
Power mesin pada brosur motor diukur oleh pihak pabrikan pada crankshaft atau kruk-as, sedangkan kita mengukur power mesin dengan mesin dyno test lewat ban, sehingga secara otomatis power mesin akan turun karena beban motor, beban pengendara, gesekan antar komponen pada transmisi, kopling dan penggerak roda belakang sangat berpengaruh. Jika ingin mengukur power motor sebenarnya harus dengan PWR atau Power Weight Ratio yang membagi power mesin motor dengan berat bodi motor. Karena semakin berat bodi motor, semakin berat juga power dikeluarkan oleh mesin motor. Jika diukur pakai mesin dyno test juga tidak fair, karena berat pengendara juga mempengaruhi.